Sewaktu kelas satu dan kelas dua SMA saya tidak
terlalu memikirkan akan jadi apa saya kelak. Sehingga saya hanya bermain setiap hari dan kalaupun belajar paling hanya mengerjakan PR. Barulah ketika di kelas tiga saya mulai sadar untuk meraih cita-cita saya.
Untuk menentukan pilihan saya kelak, saya mulai mencari dan melihat passing grade dari sejumlah universitas dan jurusannya. Dari dulu saya ingin masuk ke Teknik Industri ITB. Dan kemudian saya melihat passing grade Industri ITB. Saya terkejut melihat passing gradenya yang tinggi. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat saya untuk menggapai cita-cita. Saya mulai belajar dan terus berdoa agar cita-cita saya tercapai.
Saya juga mengikuti salah satu bimbel di Jakarta. menurut orang-orang diskitar saya asalkan rajin mengerjakan dan membahas soal serta mengikuti TRY OUT itu sudah cukup. Mendengar hal itu saya langsung bersemangat. Pada awalnya saya sangat bersemangat, tapi lama-lama saya mulai jenuh. Masalahnya hasil TRY OUT yang selama ini saya ikuti sangat mengecewakan.
Untuk menentukan pilihan saya kelak, saya mulai mencari dan melihat passing grade dari sejumlah universitas dan jurusannya. Dari dulu saya ingin masuk ke Teknik Industri ITB. Dan kemudian saya melihat passing grade Industri ITB. Saya terkejut melihat passing gradenya yang tinggi. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat saya untuk menggapai cita-cita. Saya mulai belajar dan terus berdoa agar cita-cita saya tercapai.
Saya juga mengikuti salah satu bimbel di Jakarta. menurut orang-orang diskitar saya asalkan rajin mengerjakan dan membahas soal serta mengikuti TRY OUT itu sudah cukup. Mendengar hal itu saya langsung bersemangat. Pada awalnya saya sangat bersemangat, tapi lama-lama saya mulai jenuh. Masalahnya hasil TRY OUT yang selama ini saya ikuti sangat mengecewakan.
Setiap bimbel saya selalu pulang dengan muka lesu karena terlalu lelah pulang jam 8 malam dalam 2x seminggu belum lagi ditambah konsul di hari yang kosong. Kemudian di saat intensive (setelah UN) kami masuk setiap hari. Rasanya otak mau pecah karena dipaksa terus.
Sewaktu mengisi formulir SNMPTN, mama maunya saya masuk kedokteran USU. Dan setelah melalui berbagai pertimbangan dengan berkonsultasi dengan sejumlah kerabat,saya meninggalkan cita-cita saya untuk masuk industri ITB. Akhirnya saya menempatkan kedokteran Usu di pilihan pertama dan industri USU di pilihan kedua. Bagaimanapun saya tetap bersyukur dan senang karena saya masuk di Industri USU. Saya rasa inilah yang terbaik yang tuhan berikan pada saya